Manfaat Daun Kelor Untuk Kesehatan
Dunia tak selebar daun kelor
seringkali
kita mendengar pepatah yang satu ini yang diartikan sebagai dunia ini
amatlah sempit, bahkan tak cukup lebih besar daripada daun kelor yang
luasnya kira-kira hanya seluas kuku orang dewasa saja. Daun kelor memang
kecil, dalam satu tangkai biasanya daunnya berkelompok dan terlihat
rimbun. Daun kelor ini sudah lama dikenal nenek moyang. Orang Madura
menyebutnya sebagai Maronggih, Di daerah Sunda dan Melayu ia disebut
kelor, di Aceh ia disebut murong, orang Ternate mengenalnya sebagai
kelo, di Sumba ia disebut kawona, sedangkan di ranah Minang ia juga
dikenal dengan nama munggai. Di Flores di kenal dengan nama Wona
Daun Kelor - Ratu Vitamin A
Daun kelor (Moringa oleifera) ternyata sangat kaya akan kandungan vitamin A dibandingka wortel
Keunggulan
daun kelor terletak pada kandungan nutrisinya yang luar biasa, terutama
golongan mineral dan vitamin. Setiap 100 g daun kelor mengandung 3390
SI vitamin A. Dua kali lebih tinggi dari bayam dan tigapuluh kali lebih
tinggi dari buncis. Daun kelor juga tinggi kalsium, sekitar 440 mg/100
g, serta fosfor 70 mg/100 g. Aroma daun kelor agak langu, namun aroma
berkurang ketika daun mudanya diolah menjadi sayur bening atau sayur
bobor.
Nutrisi Daun Kelor
Sebagian
besar pendidikan kita tidak diberikan edukasi apa yang sebenarnya
diperlukan untuk mencapai gizi yang optimal. Dan tidak pernah juga
diajarkan tentang konsekuensi negatif jika kita miskin akan gizi. Hanya
ketika kesehatan kita mulai terganggu akhirnya kita mencari jawaban dan
sering membutuhkan waktu untuk mempelajari dan menganalisa lebih lanjut.
Sayangnya,
kebanyakan dokter juga masuk ke dalam kategori di atas juga. Dokter
diajarkan bagaimana mengenali dan melawan penyakit, tetapi sering kali
tidak mengetahui bagaimana untuk mencegahnya. Akibatnya selalu ada
masalah serius dalam gizi dan asupan kita sebelum penyakit benar-benar
menyerang.
Unsur-unsur
gizi yang harus harus didapat melalu makanan atau suplemen, mengandung
puluhan unsur gizi yang diperlukan, tetapi mereka dapat dibagi menjadi
apa yang disebut “5 Komponen Nutrisi”, karena tidak peduli seberapa
banyak kita makan, seringkali makanan modern tidak menyediakan nutrisi
dalam jumlah yang benar-benar kita butuhkan. Berikut ringkasannya :
1.
Vitamin dan Mineral yang diperlukan untuk membangun segala sesuatu dari
tubuh kita untuk pembekuan darah dan produksi energi. Sebagian
besar vitamin dan semua mineral sangat penting.
2.
Tubuh fisik kita dibangun dari protein. Protein ini dibangun dengan
sembilan blok bangunan dasar yang dikenal dengan asam amino esensial.
3.
Antioksidan. Polusi, pestisida dan berbagai partikel lainnya
membombardir kita setiap hari. Ini adalah hanya beberapa dari radikal
bebas yang kita ketahui sekarang sangat merusak Satu-satunya
perlindungan terhadap kerusakan radikal bebas ada dalam bentuk
Antioksidan.
4.
Senyawa anti-inflamasi adalah perlindungan hanya terhadap peradangan
kronis. Sayangnya, obat anti inflamasi memiliki beberapa efek samping
yang terburuk dari dunia farmasi.
5.Nutrisi
lain yang diperlukan untuk kesehatan yang optimal adalah Asam Lemak.
Mungkin aneh kedengarannya, tetapi diperlukan lemak baik yang aktif
membantu menciptakan kesehatan. Saat ini dikenal dengan omega-3 dan
omega-6 asam lemak.
Tidak ada keajaiban dalamdaun kelor, tetapi riset menyebutkan kelor sebagai “Pohon Ajaib.” Sebuah suplemen daun kelor secara komprehensif memberikan:
1. Sepuluh vitamin esensial dan sebelas mineral penting.
2. Sembilan asam amino esensial lengkap.
3. Lebih dari 24 jenis anti-oksidan.
4. Lebih dari 24 nutrisi anti-inflamasi.
5. Asam lemak Omega-3 dan Omega-6.
Beberapa
dokter sangat senang dengan pergeseran baru dari pengobatan penyakit
untuk kesehatan. Pengobatan yang terbaik adalah dengan mencegahnya.
Dengan tanaman daun kelor yang luar biasa, kita memiliki alat yang ampuh untuk mengoptimalkan nutrisi akan meningkatkan kesejahteraan.
Sejuta Khasiat Daun Kelor
Daun
kelor adalah bagian yang mengandung banyak manfaat. Secara umum dapat
dikonsumsi karena mengandung gizi dan protein tinggi. Remasan daun dapat
juga dimanfaatkan sebagai penutup luka. Daun kelor dapat digiling halus
untuk dijadikan bedak penghilang noda dan flek di wajah.
1. Anti inflamasi
Kelor memiliki fungsi pengobatan karena mengandung kalsium dan pospor.
Kandungan mineral dan vitamin sangat tinggi dibanding sayuran lainnya.
Tidak heran, media asing banyak yang menyebut kelor sebagai “miracle
tree” maupun “Tree for Life”.
Dari penelitian daun kelor mamppu menghambat aktifasi NFkB dan menurunkan ekspresi protein tumor.
2. Menurunkan kolesterol jahat
Kelebihan kolesterol dapat memacu berbagai penyakit. Tingginya kadar
kolesterol dipicu pola makan yang kurang sehat dan ditambah faktor
psikologis seperti stress. Hormon adrenalin dan kostisol dapat memicu
produksi kolesterol dalam tubuh.
Penelitian tentang daun kelor membuktikan, bahwa efek dari
ekstrak kelor dapat sebanding dengan obat atenolol dalam menurunkan
kadar lemak dalam tikus. Penelitian ini masih banyak dilakukan juga
terkait peran i2 sitosterol, senyawa bio aktif yang terkandung dalam
daun kelor.
3. Mengatasi Nyeri, Letih, Linu
Daun kelor mengandung pterigospermin yang merangsang kulit sehingga
dapat berfungsi sebagai param yang manghangatkan. Jika daun kelor
dilumat dan dibalur akan mengurangi rasa nyeri karena bersifat
analgesik.
Manfaat
daun Kelor ini juga telah dibuktikan dengan mengatasi gizi buruk di
afrika. 10 Tahun yang lalu jika kita mendengar ethiopia pasti identik
dengan kelaparan. Tapi hari ini berkat daun kelor bersama dengan program
PBB dan LSM mampu menuntaskan masalah kelaparan dengan media daun kelor dan pohon kelor.
Pohon
kelor memiliki daun yang mengandung nutrisi paling lengkap dibanding
dengan tumbuhan jenis apapun. Selain vitamin dan mineral, daun kelor
juga mengandung semua asam amino esensial (asam amino yang tidak
diproduksi sendiri oleh tubuh dan karena itu harus disuplai dari luar
tubuh dalam bentuk jadi). Asam amino sangat vital sebagai bahan
pembentukan protein. Penelitian juga membuktikan bahwa daun ini sama
sekali tidak mengandung zat berbahaya. Bahkan di beberapa daerah di
Indonesia masyarakat sudah biasa memanfaatkannya sebagai sayuran,
terutama untuk memperbanyak dan melancarkan ASI seperti halnya daun
katuk.
Selama ini jika kita bicara tentang sumber Vitamin A, yang terbayang
adalah wortel, padahal dengan berat yang sama Vitamin A pada daun kelor
jauh lebih banyak dibanding wortel.
Dengan
perbandingan berat yang sama, daun kelor juga mengandung Vitamin C
lebih banyak dibanding jeruk, kalsium empat kali lipat susu, potasium
tiga kali lipat pisang, protein dua kali lipat yogurt dan zat besi jauh
lebih banyak daripada bayam. Dari 24 unsur nutrisi (beberapa vitamin,
mineral dan asam amino) yang kami uji di laboratorium milik sebuah
universitas di Malang, semua terdeteksi keberadaannya dengan kadar yang
cukup signifikan.
Pohon
kelor adalah pohon yang mudah tumbuh di daerah tropis. Pohon ini diduga
berasal dari daerah sekitar Nepal, India. Di Indonesia, pohon ini
tumbuh di mana-mana dan banyak ditanam oleh petani sebagai pagar atau
batas kebun karena pohon ini memang awet hidup, pada musim kemarau
panjang sekalipun.
Mungkin kita patut meniru negara-negara di Afrika untuk membantu
mengatasi masalah gizi buruk dengan kelor. Untuk sebagian besar saudara
kita, jeruk masih mahal, wortel juga mahal, susu terlalu mahal, yogurt
sangat mahal, obat semakin mahal, dokter tambah mahal.
Hanya
kelor yang kemungkinan bisa tetap dibuat murah karena menanamnya juga
sangat mudah, bisa tetap tumbuh nyaris tanpa perawatan, dan mulai bisa
dipanen pada umur yang cukup singkat. Tancapkan saja beberapa batang
kelor di sembarang jenis tanah dan tunggu 2 atau 3 bulan, daunnya sudah
mulai bisa dipetik untuk dimanfaatkan. Dalam 40 hari berikutnya,
trubusnya sudah bisa diambil lagi dan begitu seterusnya sampai generasi
anak cucu.
Lain
dulu lain sekarang. Dengan penelitian ilmiah, terungkap bahwa daun ini
ternyata mengandung berbagai unsur nutrisi yang diperlukan oleh tubuh
untuk memulihkan dan menjaga kesehatan. Variasi dan kadar kandungan
nutrisi daun kelor berada di luar batas-batas kewajaran. Fenomena aneh
ini diakui di dunia barat sekalipun karena memang dasarnya adalah
penelitian ilmiah. Tidak heran banyak media masa internasional
mempopulerkan pohon kelor sebagai “miracle tree” alias pohon ajaib,
bahkan ada yang menyebutnya sebagai “tree for life”. Memang mengagumkan.
Bayangkan saja, jika kita memiliki sebuah pohon di halaman rumah yang
bisa ditanam dan dirawat dengan mudah, tidak mati meskipun diterpa
kemarau panjang, daunnya bisa disayur untuk memenuhi semua kebutuhan
vitamin dan mineral dalam tubuh, bisa digunakan sebagai obat ketika kita
sakit, selain itu bijinya juga bisa untuk menjernihkan air yang kita
minum. Kedengarannya seperti pohon yang hanya ada di dunia angan-angan,
namun kenyataannya memang ada.
Adalah
Lowell Fuglie, seorang warga negara Prancis yang tinggal dan bekerja di
Senegal, yang pertama kali meneliti kandungan nutrisi daun kelor. Pada
akhir tahun 90an orang ini mulai meneliti daun kelor dan menemukan bukti
bahwa ibu-ibu hamil yang mengalami gizi buruk sekalipun masih bisa
dibantu untuk memiliki bayi yang sehat dengan cara mengonsumsi daun
kelor. Hasil penelitian si Lowell ini sekarang banyak dimanfaatkan oleh
banyak negara untuk memerangi gizi buruk, terutama negara-negara
berkembang di semenanjung Afrika. Program penggalakan penanaman daun
kelor di negara-negara Afrika merupakan kampanye yang intensif melalui
lembaga-lembaga pendidikan dan swadaya masyarakat. Tak kurang dari
seorang sekjen PBB (Kofi Annan pada waktu itu) ikut mendukung
sosialisasi penggunaan daun kelor untuk memerangi gizi buruk.
Daun Kelor Makin Populer
Setahun
terakhir, kelor atau Moringa oleifera (sinonim *Guilandina
moringa*)memang naik daun. Indikasinya antara lain kian banyak pasien
yang memanfaatkan kelor. Damar Novaldi dan Hartadi hanya sebagian kecil
yang merasakan khasiat daun kelor. Kelor juga mujarab mengatasi beragam
penyakit lain seperti hepatitis, hiperlipidemia alias kolesterol tinggi,
dan jantung. Pemanfaatan kelor sebagai herbal “tak terdengar” bila
dibandingkan brotowali Tinospora crispa, sambiloto Andrographis
paniculata, atau temuputih Curcuma zedoaria.
Biji
klenthang alias polong kelor populer sebagai penjernih air. Namun,
siapa sangka di balik itu semua daun kelor manjur sebagai panasea alias
obat untuk beragam penyakit. Riset ilmiah mendukung kuat bukti empiris
itu. Begitu dahsyatnya khasiat daun kelor mengatasi aneka penyakit.
Harap mafhum, daun pohon stik drum itu memang mengandung senyawa aktif
dan gizi lengkap.
Beberapa
senyawa aktif dalam daun kelor adalah arginin, leusin, dan metionin.
Tubuh memang memproduksi arginin, tetapi sangat terbatas. Oleh karena
itu perlu asupan dari luar seperti kelor. Kandungan arginin pada daun
kelor segar mencapai 406,6 mg; sedangkan pada daun kering, 1.325 mg.
Menurut Dr Mien Karmini, arginin meningkatkan imunitas atau kekebalan
tubuh. Di samping itu, arginin juga mempercepat proses penyembuhan luka,
meningkatkan kemampuan untuk melawan kanker, dan memperlambat
pertumbuhan tumor.
Sementara
metionin yang kadarnya mencapai 117 mg pada daun segar dan 350 mg
(kering) mampu menyerap lemak dan kolesterol. Oleh karena itu, metionin
menjadi kunci kesehatan hati yang banyak berhubungan dengan lemak.
Kekurangan metionin menyebabkan beragam penyakit seperti rematik kronis,
sirosis, dan gangguan ginjal. Kadar valin dalam daun segar 374 mg atau
1.063 mg (kering) berfungsi dalam sistem saraf dan pencernaan. Perannya
antara lain membantu gangguan saraf otot, gangguan mental, emosional,
dan insomnia.
Tubuh
juga memerlukan leusin karena tak mampu memproduksi sendiri. Daun kelor
segar mengandung 492 mg leusin berperan dalam pembentukan protein otot
dan fungsi sel normal. “Leusin sangat penting untuk pertumbuhan sel
sehingga anak-anak dan remaja mutlak memerlukannya. Ambang batas
kebutuhan leusin
adalah 55 mg per g protein,” kata Mien Karmini.
Itu
hanya sebagian kecil senyawa aktif pada daun kelor. Padahal, selain
daun, bagian lain pada tanaman itu juga tak kalah berkhasiat.
Kulit
batang Moringa oleifera, umpamanya, berkhasiat antitumor. Pantas bila
kini makin banyak herbalis yang meresepkan daun kelor. Herbalis di
Yogyakarta, Lina Mardiana, misalnya, meresepkan daun kelor untuk para
pasien beragam penyakit seperti hiperlipidemia dan pendarahan.
Lina
memberikan kelor kepada Asih Susilowati yang keguguran. Peran kelor
membantu produksi sel darah merah akibat kehilangan darah saat
keguguran, memperkuat rahim, dan saluran indung telur. Sebulan setelah
rutin mengonsumsi rebusan daun kelor, Asih hamil. Ia melahirkan dengan
selamat sembilan bulan kemudian.
Pemanfaatan
kelor untuk herbal kini terbukti kian meluas di berbagai daerah.
Kondisi itu mendorong Muslihuddin dan Gatot Santosa membuka kebun kelor 1
ha di Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, pada Agustus 2009. Jangan
bayangkan tanaman kelor yang tinggi menjulang. Kelor budidaya tak lebih
dari 75 cm karena pekebun kerap memanen seperti teh. Dari kebun itulah
mereka mengekstrak kelor. Produksinya baru 200 botol – masing-masing 30
kapsul – per bulan.
Itu bukti bahwa kelor memang tanaman serbaguna: daun, kulit batang, polong, akar, bahkan getahnya pun berkhasiat obat.
MANFAAT BIJI KELOR
Endapkan Partikel Logam
Biji
buah kelor (Moringan oleifera) mengandung zat aktif
rhamnosyloxy-benzil-isothiocyanate, yang mampu mengadopsi dan
menetralisir partikel-partikel lumpur serta logam yang terkandung dalam
air limbah suspensi, dengan partikel kotoran melayang di dalam air.
Penemuan yang telah dikembangkan sejak tahun 1986 di negeri Sudan untuk
menjernihkan air dari anak Sungai Nil dan tampungan air hujan ini di
masa datang dapat dikembangkan sebagai penjernih air Sungai Mahakam dan
hasilnya dapat dimanfaatkan PDAM setempat.
”Serbuk
biji buah kelor ternyata cukup ampuh menurunkan dan mengendapkan
kandungan unsur logam berat yang cukup tinggi dalam air, sehingga air
tersebut memenuhi standar baku air minum dan air bersih,” katanya.
Disebutkan,
kandungan logam besi (Fe) dalam air Sungai Mahakam yang sebelumnya
mencapai 3,23 mg/l, setelah dibersihkan dengan serbuk biji kelor menurun
menjadi 0,13 mg/l, dan telah memenuhi standar baku mutu air minum,
yaitu 0,3 mg/l dan standar baku mutu air bersih 1,0 mg/l.
Sedangkan
tembaga (Cu) yang semula 1,15 mg/I menjadi 0,12mg/l, telah memenuhi
standar baku mutu air minum dan air bersih yang diperbolehkan, yaitu 1
mg/l, dan kandungan logam mangan (Mn) yang semula 0,24 mg/l menjadi 0,04
mg/l, telah memenuhi standar baku mutu air minum dan air bersih 0,1
mg/l dan 0,5 mg/l.
Arang
Namun
apabila air tersebut dikonsumsi untuk diminum, aroma kelor yang khas
masih terasa, oleh sebab itu, pada bak penampungan air harus ditambahkan
arang yang dibungkus sedemikian rupa agar tidak bertebaran saat proses
pengadukan. Arang berfungsi untuk menyerap aroma kelor tersebut.
Selain
itu, dari hasil uji sifat fisika kualitas air Sungai Mahakam dengan
parameter kekeruhan yang semula mencapai 146 NTU, setelah dibersihkan
dengan sebuk biji kelor menurun menjadi 7,75 NTU, atau memenuhi standar
baku air bersih yang ditetapkan, yaitu 25NTU. Untuk parameter warna yang
semula sebesar 233 Pt.Co menjadi 13,75 Pt.Co, atau telah memenuhi
standar baku mutu air minum dan air bersih 15 Pt.Co dan 50 Pt.Co.
Membuat Serbuk
Cara
memperoleh serbuk tersebut cukup sederhana, yaitu dengan menumbuk biji
buah kelor yang sudah tua hingga halus, kemudian ditaburkan ke dalam air
limbah, dengan perbandingan tiga sampai lima miligram untuk satu liter
air dan diaduk cepat. Dalam waktu 10 hingga 15 menit setelah pengadukan,
partikel-partikel kotoran yan terdapat di dalam air akan menyatu dan
mengendap, sehingga air menjadi jernih.
Enos,
yang juga kepala Laboratorium Pulp dan Kertas Fahutan Unmul mengatakan,
pihaknya juga telah membuat ekstraktif kelor dengan konsentrasi lima
persen, yaitu dengan merebus lima gram tepung biji kelor ke dalam 100 ml
air hingga mendidih dan disaring.
”Air
saringan kelor ini dapat digunakan untuk menjernihkan air, caranya
dengan mencampur tiga hingga lima militer ekstrak biji kelor ke dalam
satu liter air dan diaduk dengan cepat,” katanya. Disebutkan, dalam satu
polong buah kelor terdapat 10 hingga 15 biji kelor dengan berat
masing-masing biji sebesar 2,5 gram tanpa kulit ari, dan dari 10 biji
kelor dapat dibuat menjadi serbuk untuk menjernihkan air sebanyak 40
liter.
Lebih Ekonomis
Kepala
laboratorium pengujian air PDAM Unit Cendana (Samarinda), Alimudin
mengakui, cara tersebut lebih ekonomis dibanding menggunakan sistem
penjernihan air dengan bahan baku tawas yang digunakan selama ini.
Perbedaan penjernihan air dengan menggunakan tawas dan serbuk biji kelor
adalah pada lamanya waktu pengendapan partikel setelah pengadukan,
yaitu hanya lima menit, sedangkan dengan serbuk kelor mencapai 10 hingga
15 menit. Karena tawas jarang diproduksi di Kaltim, pihak PDAM
Samarinda mendatangkan tawas dari luar daerah, yaitu dari Sulawesi
(Manado) dan Kupang. Tawas tersebut dicampur dengan aluminium dan sulfat
sebelum digunakan untuk menjernihkan air sungai.
Menurut
Enos Tangke, penggunaan serbuk biji kelor lebih ekonomis dibanding
tawas, apalagi tanaman kelor dapat dibudidayakan di Kaltim, sementara
daun dan buahnya yang masih muda pun dapat dimanfaatkan untuk bahan
makanan. Enos yang juga dosen pengasuh mata kuliah Pengendalian
Pencemaran menambahkan, tanaman kelor yang dikembangbiakkan dengan biji
dan stek dapat tumbuh dengan cepat di daerah berair, sehingga dapat
dimanfaatkan untuk dibudidayakan di sekitar daerah aliran sungai (DAS)
Mahakam.
”Dalam
tiga bulan pertama tumbuhan tersebut sudah cukup besar dan enam bulan
kemudian sudah berbuah dan bisa dimanfaatkan bijinya,” katanya.
Oleh
sebab itu, tambahnya, memanfaatkan kelor untuk menjernihkan air
merupakan alternatif terbaik dan lebih ekonomis, efisien serta turut
melestarikan lingkungan dengan membudidayakan tanaman tersebut di
sekitar DAS.(Aspek-35)
(berbagai sumber)
Tumbuhan
kelor ini berasa agak pahit, bersifat netral dan tentu saja tidak
beracun. Kulit akarnya mengandung minyak terbang. Biji tumbuhan kelor
mengandung minyak behen, dan terdapat myrosine, emulsine, alkaloida
pahit tak beracun, serta vitamin A,B1,B2 dan C pada sel-sel tertentu.
Efek farmakologis yang dimiliki oleh kelor adalah sebagai
anti-inflamasi, anti-piretik dan antiskorbut.
Pohon
kelor memiliki daun yang mengandung nutrisi paling lengkap dibanding
dengan tumbuhan jenis apapun. Selain vitamin dan mineral, daun kelor
juga mengandung semua asam amino esensial (asam amino yang tidak
diproduksi sendiri oleh tubuh dan karena itu harus disuplai dari luar
tubuh dalam bentuk jadi). Asam amino sangat vital sebagai bahan
pembentukan protein. Penelitian juga membuktikan bahwa daun ini sama
sekali tidak mengandung zat berbahaya.
Bahkan
di beberapa daerah di Indonesia masyarakat sudah biasa memanfaatkannya
sebagai sayuran, terutama untuk memperbanyak dan melancarkan ASI seperti
halnya daun katuk. Selama ini jika kita bicara tentang sumber Vitamin
A, yang terbayang adalah wortel, padahal dengan berat yang sama Vitamin A
pada daun kelor jauh lebih banyak dibanding wortel. Dengan perbandingan
berat yang sama, daun kelor juga mengandung Vitamin C lebih banyak
dibanding jeruk, kalsium empat kali lipat susu, potasium tiga kali lipat
pisang, protein dua kali lipat yogurt dan zat besi jauh lebih banyak
daripada bayam.
Dari
24 unsur nutrisi (beberapa vitamin, mineral dan asam amino) yang kami
uji di laboratorium milik sebuah universitas di Malang, semua terdeteksi
keberadaannya dengan kadar yang cukup signifikan.
Pohon kelor adalah pohon yang mudah tumbuh di daerah tropis. Pohon ini
diduga berasal dari daerah sekitar Nepal, India. Di Indonesia, pohon ini
tumbuh di mana-mana dan banyak ditanam oleh petani sebagai pagar atau
batas kebun karena pohon ini memang awet hidup, pada musim kemarau
panjang sekalipun.
Daun Kelor Di Afrika
Pengalaman
di Benua Afrika Ada sebuah laporan hasil penelitian, kajian dan
pengembangan terkait dengan pemanfaatan tanaman kelor untuk penghijauan
serta penahan penggurunan di Etiopia, Somalia, dan Kenya oleh tim
Jer-man, di dalam berkala Institute for Scientific Cooperation,
Tubingen, 1993. Laporan tersebut dikhususkan terhadap kawasan yang
termasuk Etiopia, Somalia, dan Sudan, karena sejak lama sudah menjadi
tradisi penduduknya untuk menanam pohon kelor, mengingat pohon tersebut
dapat menjadi bagian di dalam kehidupan sehari-hari sebagai bahan
sayuran, bahan baku obat-obatan, juga untuk diperdagangkan.
Seperti
di Lembah Rift untuk lahan seluas satu hektar hanya ditanamkan antara
30-50 batang, karena di antara pohon kelor tersebut ditanamkan pula
tanaman lainnya penghasil pangan, seperti sorgum, jagung, bahkan tanaman
lain untuk sayuran, khususnya kacang-kacangan. Maka, dengan cara ini
karena pohon kelor memiliki kemampuan menyerap air tanah walau dari
kandungan yang sangat minim hingga tanah menjadi lembab, tanaman lainnya
akan ikut menjadi tumbuh subur. Apalagi kalau pohon kelor sudah besar
dan tinggi, akan berfungsi pula sebagai pohon lindung ataupun pohon
rambatan.
Di
kawaan Arba Minch dan Konso, pohon kelor justru digunakan sebagai
tanaman untuk penahan longsor, konservasi tanah, dan terasering.
Sehingga pada musim hujan walau dalam jumlah yang paling minimal,
jatuhan air hujan akan dapat ditahan oleh sistem akar kelor, dan pada
musim kemarau “tabungan” air sekitar akar kelor akan menjadi sumber air
bagi tanaman lain. Juga karena sistem akar kelor cukup rapat, bencana
longsor jarang terjadi. Sama seperti di Lembah Rift, di kawasan ini pun
pada lahan di antara pohon kelor dijadikan untuk penanaman banyak jenis
tanaman pangan, antara lain jagung dan sorgum, juga sayuran, serta lebih
jauhnya lagi untuk tanaman industri seperti kopi, kapas, lada, bahkan
tebu.
Sangat
unik adalah kebiasaan penduduk sekitar Arba Minch yang memiliki lahan
terbatas, mulai dari sekitar 0,1 ha atau 1.000 meter persegi, atau hanya
ratusan bahkan puluhan meter persegi saja. Sehingga pohon kelor hanya
dijadikan pagar hidup, pembatas tanah ataupun pohon perambat sama
seperti di Indonesia. Akan tetapi hasilnya, kalau daunnya dapat langsung
digunakan sebagai sayuran, maka bunganya akan tetap dipelihara hingga
menjadi buah dan menghasilkan biji yang dapat dijual kepada perusahaan
asing yang memerlukan untuk pembuatan tepung atau minyak sebagai bahan
baku pembuatan obat dan kosmetik bernilai tinggi.
Salah
satu sifat yang menguntungkan untuk membudidayakan pohon kelor yang
sudah diketahui sejak lama, yaitu minimnya penggunaan pupuk dan jarang
diserang hama (oleh serangga) ataupun penyakit (oleh mikroba). Sehingga
biaya untuk pemupukan dan pengontrolan hama dan penyakit relatif sangat
murah. Bahkan, dari pengalaman para petani kelor yang sudah lama
berkecimpung, diketahui bahwa pemupukan yang baik adalah berasal dari
pupuk organik, khususnya berasal dari kacang-kacangan (misal kacang
hijau, kacang kedelai ataupun kacang panjang) yang ditanamkan sekitar
pohon kelor.
Juga
pengalaman panjang secara tradisi penggunaan tanaman kelor sebagai
bahan berkhasiat obat di kawasan tersebut adalah bahwa akarnya sangat
baik untuk pengobatan malaria, mengurangi rasa sakit, penurun tekanan
darah tinggi, dan sebagainya, sedang daunnya untuk penurun tekanan darah
tinggi, diare, diabetes melitus (kencing manis), dan penyakit jantung.
Manfaat daun kelor
Ada
berita menggembirakan tentang rencana pengusaha Jepang untuk membuka
“kebun kelor” seluas 10.000 hektar (ha) di Kabupaten Musibanyuasin,
Sumatera Selatan. Bukan karena kelor yang asalnya hanya merupakan
tanaman pagar atau batas tanah ataupun perambat tanaman (lada, sirih,
dan sebagainya), sekarang berubah menjadi tanaman bernilai ekonomi yang
diminati pengusaha luar negeri antara lain Jepang, tetapi juga
peribahasa “dunia tidak selebar daun kelor” ternyata menjadi “pohon
kelor merambah bisnis dunia”.
daun kelor
Minat
pengusaha Jepang untuk membuka kebun kelor seluas 10.000 ha karena
mereka membutuhkan hasil dari tanaman tersebut untuk bahan kosmetika,
obat-obatan sampai ke minyak goreng dan pelumas, terutama dari daun dan
bijinya. Tanaman kelor merupakan perdu dengan tinggi sampai 10 meter,
berbatang lunak dan rapuh, dengan daun sebesar ujung jari berbentuk
bulat telur dan tersusun majemuk. Tanaman ini berbunga sepanjang tahun
berwarna putih, buah besisi segitiga dengan panjang sekitar 30 cm,
tumbuh subur mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 700 m di atas
permukaan laut. Menurut sejarahnya, tanaman kelor atau marongghi
(Moringa oleifera), berasal dari kawasan sekitar Himalaya dan India,
kemudian menyebar ke kawasan di sekitarnya sampai ke Benua Afrika dan
Asia-Barat.
Di
Indonesia, khususnya di lingkungan perkampungan dan pedesaan, tanaman
kelor baru sampai menjadi tanaman pagar hidup, batas tanah ataupun
penjalar tanaman lain, tetapi manfaat dari daun dan karangan bunga serta
buah muda sebagai sayuran, sudah sejak lama digunakan.
Sebagai
tanaman berkhasiat obat, tanaman kelor mulai dari akar, batang, daun,
dan bijinya, sudah dikenal sejak lama di lingkungan pedesaan. Seperti
akarnya, campuran bersama kulit akar pepaya kemudian
digiling-dihancurkan, banyak digunakan untuk obat luar (balur) penyakit
beri-beri dan sebangsanya. Daunnya ditambah dengan kapur sirih, juga
merupakan obat kulit seperti kurap dengan cara digosokkan.
Sedangkan
sebagai obat dalam, air rebusan akar ampuh untuk obat rematik,
epilepsi, antiskorbut, diuretikum, sampai ke obat gonorrhoea. Bahkan,
biji tua bersama dengan kulit jeruk dan buah pala, akan dapat menjadi
“spiritus moringae compositus” yang digunakan sebagai stimulans,
stomachikum, carminativum sampai diuretikum. Sejak awal tahun 1980-an
oleh Jurusan Teknik Lingkungan ITB, biji kelor digunakan untuk
penjernihan air permukaan (air kolam, air sungai, air danau sampai ke
air sungai) sebagai pengendap (koagulans) dengan hasil yang memuaskan.
Oleh karena rangkaian penelitian terhadap manfaat tanaman kelor mulai
dari daun, kulit batang, buah sampai bijinya, sejak awal tahun 1980-an
telah dimulai. Saat itu fokus penelitian ditujukan kepada program
pengadaan air jernih untuk para pemukim di kawasan pantai atau pesisir,
khususnya di kawasan transmigrasi yang mengandalkan air payau atau
gambut berwarna kecoklatan sebagai sumber air minum.
Di
lingkungan pedesaan, penanaman kelor yang paling umum cukup dengan cara
setekan batang tua atau cukup tua, yang langsung ditancapkan ke dalam
tanah, apakah sebagai batas tanah, pagar hidup ataupun batang perambat.
Walau semaian biji tua dapat dijadikan bibit, umumnya jarang
dipergunakan. Disamping itu, manfaat lain dari batang bersama daun
kelor, umumnya digunakan sebagai “alat” untuk melumerkan atau
menon-aktifkan “kekuatan magis” seseorang, yaitu dengan cara
disapu-sapukan ke bagian muka ataupun dijadikan “alat tidur”, misal
seseorang yang tahan terhadap pukulan, bacokan, bahkan tidak mempan oleh
terjangan peluru, maka dengan cara disapu-sapukan ke bagian tubuhnya,
ataupun dijadikan alas tidurnya, atau ada pula air tanaman kelor
disiramkan ke seluruh tubuhnya, maka kekuatan magis tubuhnya akan lumer
atau hilang.
Perlu
untuk diketengahkan manfaat biji kelor yang sudah mulai dikembangkan
melalui Program UNDP, yaitu sebagai bahan pengendap/koagulator untuk
menjernihkan air secara cepat, murah dan aman, seperti di ITB.
Yaitu dengan nilai pH yang berbeda, maka antara 100-150 mg
bubuk/serbuk/liter air, memberikan hasil turbiditas tinggi pada air
(800-10.000 FTU), kalau dibandingkan dengan koagulan umum seperti
Al2(SO4)3 yang baru efektif pada pH 7 saja.
H Unus Suriawiria, Dosen senior IPB yang mendalami bioteknologi dan agroindustri
Kelor Moringa oleifera Lamk
Tanaman Kelor ( Moringa oleifera Lamk ) berupa pohon kecil dengan tingi 3-8 meter. Daun kelor
berwarna hijau pucat menyirip ganda dengan anak daun menyirip ganjil
dan helaian daunnya bulat telur. Bunga kelor berupa malai yang keluar
dari ketiak daun, sedangkan buahnya menggantung sepanjang 20-45 cm dan
isinya sederetan biji bulat, tetapi bersayap tiga.
Selama
ini, akar tanaman kelor berkhasiat untuk peluruh air seni, peluruh
dahak, atau obat batuk, peluruh haid, penambah nafsu makan, dan pereda
kejang.
Daun
kelor mengandung pterigospermin yang bersifat merangsang kulit
(rubifasien) sehingga sering digunakan sebagai param yang menghangatkan
dan mengobati kelemahan anggota tubuh seperti tangan atau kaki. Jika
daun segarnya dilumatkan, lalu dibalurkan ke bagian tubuh yang lemah,
maka bisa mengurangi rasa nyeri karena bersifat analgesik.
Selain
itu, daun kelor berkhasiat sebagai pelancar ASI. Oleh karena itu, untuk
melancarkan ASI, seorang ibu menyusui dianjurkan makan daun kelor yang
dimasak sebagai sayur.
Biji kelor berkhasiat mengatasi muntah. Biji kelor yang masak dan kering
mengandung pterigospermin yang lebih pekat sampai bersifat germisida.
Penelitian Madsen dan Dchlundt serta Grabow dan kawan-kawan menunjukkan
bahwa serbuk biji kelor mampu menumpas bakteri Escherichia coli,
Streptococcus faecalis dan Salmonella typymurium. Karena itu di Afrika,
biji kelor dimanfaatkan untuk mendeteksi pencemaran air oleh
bakteri-bakteri tadi. Caranya, yaitu dengan cara mengendapkan air keruh
yang diduga tercemar, kemudian ditaburi serbuk biji kelor sebanyak 200
mg/liter dan diaduk sampai larut.
Kemudian
buah kelor diketahui mengandung alkaloida morongiona yang bersifat
merangsang pencernaan makanan. Buah kelor ini biasanya disayur asam
sebagai sayur yang lezat bagi lidah orang Jawa.
Bagian
tanaman kelor yang banyak dimanfaatkan sebagai obat tradisional adalah
daunnya. Bahkan, masyarakat di pedesaan memanfaatkan daun kelor itu
untuk sayur asam dan lalapan. Daun kelor mentah yang digiling halus,
kemudian dijadikan bedak atau campurkan dengan bedak, maka dapat
menghilangkan noda hitam di kulit wajah.